Solusi Guru Bersertifikasi

Kini banyak guru yang sudah lulus sertifikasi. Namun, ada sebagian yang terganjal mendapatkan tunjangan profesinya karena belum dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 jam per minggu.
MENGAJAR minimal 24 jam per minggu. Inilah yang kini menjadi persoalan besar bagi guru-guru dalam jabatan, baik guru swasta maupun guru PNS. Membaca pedoman perhitungan beban mengajar guru yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Penjaminan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008, ada beberapa penyebab kekurangan jam mengajar tersebut. Di antaranya, jumlah peserta didik dan rombongan belajar terlalu sedikit; jam pelajaran dalam kurikulum terlalu sedikit; jumlah guru di satu sekolah untuk mata pelajaran tertentu terlalu banyak; serta sekolah pada daerah terpencil atau sekolah khusus yang kondisinya terjadi karena populasinya sedikit.
Dalam buku pedoman itu, pemerintah pun memberikan alternatif solusi bagi guru-guru yang jam tatap mukanya belum mencapai 24 jam per minggu. Antara lain, dapat mengajar di sekolah lain; melaksanakan team teaching; serta pengayaan dan remedial khusus. Pada tulisan ini, penulis hanya menyoroti khusus tentang team teaching.
Memang sudah banyak guru yang melaksanakan team teaching. Namun, kesannya baru sebatas nama. Dalam pelaksanaannya, bagi guru-guru tersebut adalah yang penting dalam satu kelas ada lebih dari satu orang guru. Sedangkan, apa yang dikerjakan oleh guru-guru dalam team teaching tersebut tidak terlalu diperhatikan. Hal ini sebenarnya bukanlah 100% kesalahan para guru, namun mereka berbuat seperti itu karena memang belum tahu atau bahkan tidak pernah ada penjelasan bagaimana melaksanakan team teaching yang sebenarnya.
Team teaching yang seperti inilah yang kadang-kadang membuat pimpinan sekolah tidak mau menerimanya, sehingga upaya guru untuk mencukupi beban kerja 24 jam per minggu tak terpenuhi. Padahal manakala team teaching dilakukan dengan benar, justru pembelajaran dengan team teaching akan lebih efektif dibanding single teacher teaching.
Single teacher teaching dapat merugikan pihak guru karena untuk mencari tempat mengajar di luar sekolah tempat mereka tidaklah mudah. Banyak kendala dalam mencari tempat mengajar guru PNS di sekolah swasta atau sebaliknya. Pihak sekolah swasta pun, misalnya, harus memperlakukan gurunya sama seperti guru PNS yang harus memenuhi 24 jam pelajaran per minggu. Artinya, tidak semua guru dapat melakukan hal tersebut di atas. Apalagi bagi guru yang memang menurut kurikulum jam pelajarannya sedikit. Karena itu, apabila ada pimpinan sekolah yang tidak membolehkan para gurunya memenuhi 24 jam mengajarnya dengan melakukan team teaching, hal ini akan kontraproduktif.
Guru yang telah bersertifikat namun karena jam tatap mukanya kurang dari 24 jam dan tidak diperkenankan memenuhi dengan team teaching, mereka akan frustrasi karena tidak dapat menerima tunjangan profesi. Hal ini jelas bertentangan dengan adanya pilar ketiga dari peningkatan mutu pendidikan, yaitu meningkatkan kesejahteraan guru.
Jadi team teaching adalah satu-satunya solusi yang dapat menolong guru dimaksud dari kesulitan jam mengajar tatap muka tersebut. Karena itu, penulis mencoba mengklarifikasi apa dan bagaimana sebenarnya team teaching tersebut dilakukan dalam kelas.
Team teaching dalam pemikiran tradisional yaitu ketika beberapa guru terlibat dalam pengajaran dalam satu kelas (Flyn Kj, 2009). Ada beberapa model team teaching yang berbeda dan kemungkinan lebih dari satu model dapat dilakukan dalam satu jam pelajaran. Terdapat banyak dampak positif yang berhubungan dengan team teaching. Tapi, ada juga beberapa hal yang memerlukan pertimbangan sebelum masuk ke suatu pendekatannya.
Dalam team teaching, sekelompok guru bekerja bersama-sama, merencanakan, melakukan proses pembelajaran, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran kepada sekolompok siswa (satu kelas). Dalam praktiknya, tim ini mempunyai format yang berbeda-beda. Tapi, pada umumnya merupakan alat dalam mengorganisasikan guru dalam kelompok untuk memacu percepatan dalam pembelajaran. Kelompok atau tim biasanya terdiri atas guru-guru yang dapat mewakili guru yang mempunyai keahlian dalam mata pelajaran tertentu yang berbeda. Tapi, mereka harus bergabung dalam satu kelompok kelas yang sama (contoh: IPA, IPS di SMP) dalam merencanakan pembelajaran pada jam pelajaran yang sama.
Untuk memfasilitasi proses ini, ruang kelas yang biasa dipergunakan seharusnya dapat menyenangkan. Bagaimanapun untuk membuat team teaching efektif perlu adanya tidak hanya ruang dan pertemuan, namun lebih dari itu.
Dengan adanya kerja sama yang saling menguntungkan antara guru yang tergabung dalam team teaching tersebut yang seluruh anggota timnya berkonsentrasi untuk membuat siswa belajar secara efektif, inovatif, kreatif, menantang, dan menyenangkan. Maka, pekerjaan guru secara individu akan semakin ringan dan pembelajaran akan semakin tidak membosankan siswa. Sebab, pekerjaan yang dilakukan oleh satu tim akan lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan individu. Apabila team teaching dilakukan seperti apa yang penulis paparkan di atas hasilnya, insya Allah akan lebih baik dan pimpinan sekolah akan menerima model pembelajaran dengan team teaching yang dilakukan guru-gurunya.
Perlu kita ketahui bersama bahwa team teaching bukan hanya ada satu model. Beberapa di antaranya seperti dikemukakan sekelompok expert dari State University Amerika sebagai berikut. Pertama, supported instruction adalah sebuah bentuk team teaching dimana salah seorang guru menyampaikan materi ajar dan satu guru lainnya melakukan kegiatan tindak lanjut dari materi yang telah disampaikan rekan satu timnya tadi. Kedua, parallel instruction adalah sebuah bentuk team teaching yang pelaksanaannya siswa dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing guru dalam kelas tersebut bertanggung jawab untuk mengajar masing-masing kelompok.
Ketiga, differenciated split class adalah team teaching yang pelaksanaannya dengan cara membagi siswa ke dalam dua kelompok berdasarkan tingkat ketercapaiannya. Salah satu guru melakukan pengajaran remedial kepada siswa yang tingkat pencapaian kompetensinya kurang. sedangkan guru lain melakukan pengayaan kapada mereka yang telah mencapai dan/atau yang telah melampaui tingkat ketercapaian kompetensinya.
Keempat, the monitoring teacher. Model ini dilaksanakan dengan cara salah satu guru dipastikan melakukan peran sebagai pengajar yang memberikan pembelajaran di kelas. Sedangkan yang lainnya berkeliling kelas memonitor perilaku dan kemajuan siswa.
Di dalam satu jam pelajaran, team teaching dapat diterapkan lebih dari satu model yang berbeda dari model-model team teaching yang telah disebutkan di atas tadi. Namun, tidak selamanya team teaching akan sukses atau berhasil. Beberapa kelemahannya disebabkan anggota tim sendiri juga administrator atau pimpinan sekolah.
Kelemahan-elemahan dimaksud sebagaimana pendapat para expert di State University Amerika. Antara lain, sebagian guru resisten terhadap satu macam metode pengajaran saja. Yakni pengajaran single teacher teaching sehingga team teaching dirasakan suatu hal yang mengungkungnya. Lalu, sebagian guru juga tidak suka dengan anggota timnya sehingga hal ini akan menghambat kerja sama di antara anggota timnya.
Ada pula yang tidak mau berbagi ilmu dengan anggota timnya karena mereka merasa susah untuk mendaptkan ilmu tersebut sehingga mereka menikmatinya sendiri. Team teaching memerlukan energi dan pemikiran lebih banyak dibanding mengajar secara individu. Sedangkan, hasilnya belum tentu lebih baik dan gajinya sama saja dengan yang mengajar seperti biasa. Kelemahan lain kadang-kadang dari administrator atau pimpinan sekolah yang resisten terhadap pola lama dan tidak mau ada perubahan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan pencerahan kepada sekolah, terutama kepada pimpinan sekolah dan kepada guru-guru sendiri, bahwa team teaching layak dipertimbangkan dalam memberikan solusi kepada para guru yang beban mengajar tatap mukanya kurang dari 24 jam pelajaran per minggu. Bahkan kalau memungkinkan dapat dijadikan tren mengajar masa kini dan masa yang akan datang karena kemungkinan team teaching lebih efektif daripada individual teaching. (*)

0 komentar:

Posting Komentar

Video Gallery

Blog Roll